Physical Address

304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124

harta

3 Ketentuan Harta dalam Pandangan Syari’at Islam

3 Ketentuan Harta dalam Pandangan Syari’at Islam

harta

Dalam pandangan Islam, harta bukan sekadar angka di rekening atau tumpukan emas di lemari. Harta adalah amanah dari Allah SWT, sesuatu yang baik, indah (zinah), yang berfungsi sebagai penopang kehidupan (qiwam). Allah memberikan keleluasaan kepada manusia untuk menikmati fasilitas dunia yang halal dan baik, yang dalam Al-Qur’an disebut thayyibat.

Menariknya, thayyib tidak hanya berarti halal secara hukum, tetapi juga bermanfaat dan menyehatkan. Misalnya, daging kambing adalah makanan yang pernah disantap Rasulullah SAW. Bedanya, kambing di masa beliau makan rumput alami, sementara banyak kambing sekarang diberi pakan buatan. Perbedaan pakan ini tentu memengaruhi kualitas dagingnya.

Islam mengajarkan adab agar makanan dan fasilitas yang kita nikmati tetap membawa keberkahan. Kita dianjurkan memulai makan dengan basmalah, memakai pakaian yang pantas, tinggal di rumah yang nyaman, bahkan memiliki fasilitas hidup yang layak. Rasulullah SAW menyebut rumah yang lapang sebagai salah satu tanda kebahagiaan hidup.

Ada doa Nabi yang sering dilupakan setelah berwudhu:

Allahummaghfir li dzanbi, wa wassi’ li fî dârî, wa bârik lî fî rizqî.

“Ya Allah, ampunilah dosaku, lapangkanlah rumahku, dan berkahilah rezekiku.”

Harta Adalah Sarana, Bukan Tujuan

Islam menegaskan bahwa harta hanyalah wasilah (sarana), bukan tujuan hidup. Ia bermanfaat ketika digunakan untuk kebaikan dan ketakwaan. Bahkan dalam hal makan, kita dianjurkan berniat agar makanan menjadi energi untuk beribadah, bersyukur, dan menambah ketaatan.

Hal yang sama berlaku untuk uang. Uang tidak memberi manfaat jika hanya disimpan tanpa digunakan. Nilainya baru terasa saat ditransaksikan untuk kebutuhan nyata: menunaikan haji, membiayai pendidikan anak, memenuhi kebutuhan keluarga, atau membantu orang lain. Dalam Islam, uang adalah alat tukar, bukan komoditas untuk diperdagangkan demi keuntungan semata.

Sebagai contoh, menyimpan uang puluhan juta di rekening tanpa digunakan tidak akan memberi manfaat apa-apa. Namun, jika uang itu dipakai untuk modal usaha halal, membantu saudara yang membutuhkan, atau membangun fasilitas umum, maka ia akan menjadi ladang pahala yang terus mengalir.

Skala Prioritas dalam Membelanjakan Harta

Islam mengatur kepada siapa harta sebaiknya didahulukan. Sunnahnya adalah memprioritaskan orang-orang terdekat: kedua orang tua, kerabat, anak yatim, dan mereka yang membutuhkan di sekitar kita. Prinsip ini berbeda dengan sebagian masyarakat yang lebih mementingkan gengsi atau kepentingan pribadi.

Al-Qur’an pun menegaskan dalam QS. Al-Baqarah [2]: 215:

“Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan…”

Manusia secara fitrah memang mencintai harta. Bahkan ada pepatah, “Kalau soal harta, sampai tua pun tetap muda,” karena rasa puas memilikinya begitu besar. Namun, kita harus ingat bahwa harta hanyalah alat untuk mencapai tujuan yang lebih mulia: ketaatan kepada Allah.

Harta yang Terbaik Menurut Rasulullah SAW

Rasulullah SAW bersabda dalam hadits riwayat Imam Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad:

“Sebaik-baik harta adalah yang dimiliki oleh orang saleh.”

Iri hati pada orang lain biasanya dilarang, kecuali kepada dua golongan:

  1. Orang berilmu yang mengamalkan ilmunya.

  2. Orang kaya yang menginfakkan hartanya di jalan Allah.

Ilmu yang bermanfaat dan harta yang digunakan untuk kebaikan adalah puncak keberkahan hidup.

Menggunakan Harta untuk Kebaikan Dunia dan Akhirat

Islam tidak hanya mengajarkan untuk mencari harta secara halal, tetapi juga membelanjakannya di jalan yang diridai Allah. Dengan harta, kita bisa memperkuat ibadah, membantu sesama, dan membangun kebermanfaatan. Harta yang kita keluarkan di jalan Allah tidak akan berkurang, justru akan dilipatgandakan pahalanya.

Kunci keberkahan harta terletak pada niat dan penggunaannya. Jika harta dijadikan sarana untuk beribadah dan memberi manfaat kepada orang lain, maka ia akan menjadi jalan menuju ridha Allah dan kebahagiaan di dunia serta akhirat. Pada akhirnya, yang paling penting bukan seberapa banyak harta yang kita miliki, tetapi seberapa besar ia memberi manfaat dan membawa keberkahan bagi kehidupan kita dan orang-orang di sekitar kita.

Link Donasi

✅ Yasa Peduli – Program Kebaikan Sosial

Artikel Lain

https://www.yasapeduli.org/artikel/

Follow Us!

https://www.instagram.com/yasapeduli/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *