Kehidupan Setelah Kematian
“Kemudian Dia mematikannya lalu menguburkannya.” (QS. ‘Abasa: 21), “Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, ‘ya tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia)’, agar aku dapat berbuat kebaikan yang telah aku tinggalkan. ‘Sekali-kali tidak, sungguh itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan dihadapan mereka ada barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan.” (QS. Al Mukminun: 99-100).
Diriwayatkan dari Anas radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
“Apabila seorang hamba telah diletakkan di dalam kuburnya kemudian ditinggal oleh keluarga dan sahabat-sahabat yang mengantarkannya, dia dapat mendengar suara sepatu atau sandal mereka. Selanjutnya datang kepadanya dua malaikat dan bertanya kepadanya, ‘Apakah engkau mengenal laki-laki ini?’, maka jika hamba itu mukmin akan dapat menyaksikan bahwa laki-laki itu adalah Rasulullah, selanjutnya akan diperlihatkan surga sebagai tempat peristirahatannya kelak. Dan jika hamba itu munafiq, maka dia tidak dapat mengenalinya, selanjutnya akan mendapatkan balasan berupa siksa di dalam kuburnya.” (Muttafaq ‘alaih).
Diceritakan oleh Hani’, pendamping setia Usman bin Affan radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau ketika berhenti di dekat kuburan selalu menangis hingga membasahi rambut janggutnya. Ketika ditanya oleh Hani’, beliau menjawab,
“Sesungguhnya Rasulullah pernah bersabda bahwa kuburan adalah langkah pertama menuju akhirat, jika seseorang selamat pada langkah pertamanya, maka langkah-langkah berikutnya akan lebih mudah, dan sebaliknya jika tidak bisa melaluinya dengan selamat, maka berikutnya tentu lebih dahsyat lagi.”
Secara bahasa, kata barzakh memiliki arti pemisah antara dua hal. Demikianlah kehidupan di alam barzakh adalah kehidupan perantara antara dua kehidupan, dunia dan akhirat, kemudian setelah itu akan dibangkitkan kembali. Bagaimanapun kondisi seseorang setelah meninggal dunia, pasti akan mengalami kehidupan di alam barzakh ini, baik dikubur di tanah, dibakar, tenggelam di lautan, dimakan binatang buas, dan lain sebagainya. Semuanya akan singgah di alam barzakh hingga hari kebangkitan tiba. Sebagaimana ayat di atas, Allah berfirman:
“Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, ‘ya tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia)’, agar aku dapat berbuat kebaikan yang telah aku tinggalkan. ‘Sekali-kali tidak, sungguh itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan dihadapan mereka ada barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan.” (QS Al Mukminun: 99-100).
Kehidupan di alam barzakh berbeda dengan kehidupan di alam dunia, berbeda pula dengan kehidupan di alam akhirat. Salah satu perbedaannya adalah bahwa ruh manusia yang hidup di alam barzakh tidak berpisah dengan badannya secara total, pada saat-saat tertentu ruh itu dapat dikembalihan lagi oleh Allah, namun tidak disertai dengan hidupnya jasad kembali. Ruh manusia akan dikembalikan lagi ketika dua malaikat bertanya kepadanya, demikian pula pada saat keluarga dan sahabat-sahabatnya datang mengunjungi dan memberi salam kepadanya.
Tahap Kehidupan yang Mengerikan
Kehidupan di alam barzakh adalah tahap kehidupan yang paling mengerikan dan menakutkan. Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, “Tidak pernah aku melihat pemandangan yang menakutkan melebihi pemandangan kubur.” (HR Ahmad). Karena itu, setiap muslim hendaknya selalu menyiapkan diri mumpung masih ada kesempatan hidup di dunia ini, karena siapapun tidak akan mengetahui kapan dia akan meninggalkan dunia ini dan berpindah tempat menuju alam barzakh. Karena itu pula para salafus sholih selalu merasa takut dan bersiap diri untuk menghadapinya.
Kekhawatiran para salafus sholih disebabkan karena di alam barzakh manusia terbagi menjadi dua golonga, orang-orang mukmin akan mudah melaluinya dan akhirnya akan diantarkan kepada kenikmatan. Namun untuk selain orang mukmin, mereka akan mendapatkan siksa yang sangat mengerikan –na’udzu billah min dzalik-, sebagaimana disebutkan dalam hadis di atas.
Dahsyatnya siksa kubur bagi orang yang tidak beriman, hingga Allah tidak memperdengarkannya kepada manusia yang masih hidup di dunia. Karena pedihnya siksa di alam barzakh juga, Rasulullah selalu berdoa dan memerintahkan kepada umatnya untuk memohon kepada Allah agar dilindungi dari siksa kubur, sebagaimana rangkaian doa di setiap akhir tahiyyat dalam shalat, “Aku berlindung kepada Allah dari siksa kubur.” (HR Ahmad).
Ruh di Alam Barzakh
Kenikmatan dan siksa kubur adalah keniscayaan. Inilah keimanan yang telah diajarkan kepada kita oleh baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Yang akan merasakan nikmat dan siksa kubur itu adalah ruh manusia, baik ketika bersama jasad maupun ketika berpisah dengannya. Tentang hakekat dan tabiat ruh, manusia tidak bisa mengetahui hakekatnya, karena memang ilmu manusia sangat minim sekali, dan hanya Allah saja yang dapat mengetahui hakekatnya (Al Isra’: 58).
Dengan demikian, maka kondisi dan posisi ruh manusia di alam barzakh berbeda-beda sesuai dengan amal perbuatan manusia ketika di dunia. Di antara manusia ada yang ruhnya berada di surga, ada pula yang sudah berada di neraka, bertempat di bumi dan bisa juga berada di tempat lain, sesuai dengan kehendak Allah ta’ala.
Adapun ruhnya para nabi, maka sebagaimana berita yang disampaikan oleh Rasulullah saat menjalankan isra’dan mi’raj, berada di sisi Allah, di tempat yang paling tinggi. Ruh nabi Adam ada di langit pertama, nabi Yahya dan Isa ada di langit ke dua, nabi Yusuf ada di langit ke tiga, nabi Idris ada di langit keempat, nabi Harun ada di langit kelima, nabi Musa di langit keenam, dan nabi Ibrahim di langit ke tujuh.
Adapun ruh para syuhada’, maka mereka berada di sisi Allah dengan mendapatkan rezeki, sebagimana diberitakan oleh Allah, “Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup, di sisi Tuhan mendapat rezeki.” (Ali Imran: 169).
Lebih jelas lagi Rasulullah pernah bersabda bahwa ruh para syuhadak berada di surga, kapan saja mereka menginginkan kenikmatan surga, dengan sangat mudah dan cepat mereka dapat mendapatkannya. Dalam hadis itu juga disebutkan bahwa Allah selalu menawarkan kepada para syuhada’ untuk meminta apa saja yang mereka inginkan, dan pasti akan dipenuhi oleh Allah.
Mereka pun menjawab bahwa semua kenikmatan telah mereka rasakan dengan cepat. Pada saat Allah menawarkan untuk yang ketiga kalinya, mereka baru menjawab, “Kami ingin dikembalikan ke dunia baik ruh maupun jasad kami, kemudian kami akan berperang kembali di jalan Allah hingga kami terbunuh sebagai syuhada.” (HR Muslim).
Mati syahid adalah jenis mati yang paling mulia dan sudah barang tentu kita semua sangat mengharapkan agar dimatikan oleh Allah dalam kondisi mati syahid, sehingga sejak di alam barzakh ruh kita sudah dapat menikmati surga yang dijanjikan oleh Allah. Oleh karena itu, hendaknya di antara doa-doa yang kita panjatkan kehadirat Allah adalah doa untuk dapat gelar syahadah ketika menghadap-Nya nanti.
Allāhummarzuqnā as syahādah, Allāhumma amitnā ‘aalas syahādati fῑ sabῑlik, Āmin yā Rabbal ‘Ālamῑn.
Wallahu a’lam.
Baca juga :
Dapatkan update terbaru kami di :