Tujuan Hidup Bukan Seperti Air yang Mengalir

Kaki Menapak Di Bumi

Sesuatu yang sangat saya syukuri tinggal di rumah MeWah (mepet sawah) adalah bonus pemandangan indah di belakang rumah. Pagi ini, sambil melihat sawah yang hijau dan air deras yang mengalir, tiba-tiba aku teringat falsafah hidup orang yang mengatakan,

“Hiduplah seperti air yang mengalir.”

Hmm, tiba tiba jadi kepikiran sesuatu, tentang membuat impian/tujuan hidup atau goal setting. Setelah kita melakukan goal setting alias membuat impian, maka konsekuensi selanjutnya adalah berkomitmen untuk mewujudkannya. Disinilah tantangan awal itu mulai muncul.

Memang, selain efek bertambahnya semangat, goal setting itu juga memunculkan tekanan mental bagi kita untuk mencapainya. Tekanan mental atau stress ini bila direspon secara negatif akan menjadi distress yang malah membuat pikiran kita tertutup dan potensi diri tidak muncul. Namun, apabila stress ini direspon secara positif akan menghasilkan eustress yang mampu membangkitkan semangat dan memunculkan potensi diri.

Apa yang bisa kita lakukan supaya tekanan atau stress akibat goal setting itu bisa kita respon dengan positif?

Untuk mampu melakukan tindakan pencapaian tujuan, kita harus memiliki state of mind yang mendukung, seperti semangat, antusias, disiplin, dan sebagainya. Nah, state of mind itu muncul melalui pikiran internal yang mengisi kepala kita dan menjadi selftalk bagi kita. Berikut beberapa preferensi internal yang bisa kita pakai untuk memunculkan state of mind pencapaian tujuan :

Tujuan itu penting bila kita ingin mengoptimalkan sumber daya yang kita miliki

Tujuan Hidup

Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (QS. At-Tiin: 4), menjadi dasar pemikiran bahwa memang Allah telah melengkapi manusia, hambaNya ini dengan potensi diri yang memadai. Memiliki tujuan yang jelas itu juga akan menghindarkan kita dari perbuatan yang sia-sia. Maksud sia-sia di sini dalam konteks sebuah tindakan yang tidak mengarah ke pencapaian tujuan yang telah kita susun. Oleh karenanya, menjadi penting bagi kita untuk menjadikan tujuan kita selaras dengan tujuan utama manusia diciptakan oleh Allah di muka bumi ini yaitu untuk beribadah kepadaNya (QS. Ad-Dzariyat: 56).

Memiliki tujuan yang jelas itu juga merupakan awalan bagi kita untuk mengubah diri kita menjadi lebih baik. Sehingga tidak akan ada tujuan hidup yang tersusun selain sebagai ikhtiar kita untuk menjadikan diri kita lebih baik karena kita memahami bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka (QS. Ar Ra’d: 11).

Memiliki tujuan yang jelas itu adalah bentuk penguatan tekad, yang selanjutnya harus diikuti dengan bertawakkal kepada Allah dimana kita berharap sejak langkah pertama ikhtiar kita mendapatkan petunjuk dari-Nya (QS. Ali Imran: 159). Wajib kita memohon pertolongan Allah untuk mewujudkan tujuan yang telah kita buat. Dan masih banyak lagi preferensi positif yang bisa kita ambil dari Al Qur’an maupun Al Hadits.

Nah, ujung yang kita harapkan dari state of mind positif itu adalah perasaan tenang (sakinah).

“Dia-lah (Allah) yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).” (QS. Al Fath: 4).

Tentang ayat di atas, Al Razi menjelaskan bahwa sakinah itu muncul karena kita tsiqah (meyakini) janji Allah dan bersabar atas hukum/ketetapan Allah. Menurut Ibnul Qayyim, setidaknya bentuknya ada 3.

3 Bentuk Sakinah

  1. Sakinah yang muncul saat kita sepenuh hati melakukan kebajikan.
  2. ‎Sakinah yang muncul saat kita bermua’malah dengan berintrospeksi diri, berlemah-lembut dengan sesama, serta menunaikan hak Allah.
  3. ‎Sakinah yang muncul saat kita ridho dengan bagian diri kita.

Tangan Mengetuk Pintu Langit

Menurut Ibnlu Qayyim, sakinah adalah ketenangan dan thuma’ninah yang diturunkan oleh Allah ke dalam hati hamba-Nya. Sakinah itu anugerah Allah, bukan hasil usaha manusia. Untuk itu, mari kita buat tujuan yang menginspirasi. Tujuan yang akan “memaksa” kita meyakini janji Allah dan menjalankan ketentuan Allah dengan sebaik-baiknya, hingga hati kita akan menjadi tenang karenanya.

Hmm…ternyata falsafah “Hiduplah seperti air yang mengalir” itu bisa benar saat air itu mengalir karena mengikuti aturan Allah, mengalir terus karena meyakini atas takdir Allah dan air tersebut memberi manfaat bagi yang dilewatinya.

Masya Allah, semoga menjadi doa bagi kita semua. Aamiin.

Wallahu a’lam bishshawwab

Baca juga :
Terjebak kikir
Lansia dan kehidupannya kini

Artikel Terkait :

lari bareng

Lari Bareng (Charity Run for Palestine) 2024

Santri Berprestasi

Aksi Santri Berprestasi Di Kecamatan Wajak

sambang panti

Sambang Panti Oleh Yasa Malang

Leave a Comment