Physical Address

304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124

adab berbicara

Adab Berbicara Kepada Orang Yang Lebih Tua

Adab Berbicara Kepada Orang Yang Lebih Tua

Dalam lingkungan sosial, melalui interaksi antar elemen masyarakat sudah pasti menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Komunikasi yang dilakukan sebagai contoh adalah berbicara baik dari golongan yang lebih tua ke sesamanya, tua ke muda, muda ke tua, atau muda ke sesamanya.

Dengan menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi maka pesan atau hal yang ingin disampaikan akan dapat dimengerti baik dan komunikasi yang dimaksud dapat berupa satu arah maupun dua arah. Dengan menggunakan bahasa sebagai komunikasi ketika berbicara maka timbul suatu kebiasaan yang menjadi adab untuk membedakan tatacara dalam berbicara sesuai dengan golongan atau lapisan masyarakat.

Adab berbicara pada umumnya dilakukan sesuai dengan golongan umur di lapisan masyarakat. Berbeda lagi dengan adab berbicara melalui budaya hierarki yang kuat seperti di birokrasi pemerintahan, militer, maupun polisi. Namun pada dasarnya adab berbicara lebih ditekankan kepada golongan yang lebih rendah/muda untuk menghormati yang lebih tua.

Namun untuk selanjutnya tidak boleh berdasarkan hal tersebut golongan yang lebih tua/tinggi semena-mena menggunakan bahasanya karena akan dihormati maka harus dapat menghormati. Sebagai contoh mudah ketika seorang siswa SMA bertemu dengan seseorang yang telah bekerja maka bahasa yang digunakan tidak boleh sama seperti yang dia gunakan kepada teman sebayanya, maka diperlukan penyesuaian agar komunikasi dapat dilaksanakan dengan lancar.

Lalu apakah Islam mengatur berkenaan dengan hal adab berbicara kepada yang lebih tua? Tentunya dengan agama yang mengatur tentang kebajikan ada aturan-aturan yang memuat tentang adab serta kebiasaan agar dapat diterima oleh siapapun. Adab berbicara sangat penting karena mulai ditinggalkan dengan dalih perubahan zaman.

Untuk itu sebagai generasi muda maka harus dapat menerapkan adab berbicara kepada orang yang lebih tua sehingga kebiasaan baik ini akan terus berlanjut hingga di masa yang akan datang. Lalu sebagai generasi tua juga harus mengajarkan anaknya sedini mungkin agar kebiasaan tidak menjadi terhenti.

Tuntunan dalam Islam yang mengatur adab berbicara dapat dibagi menjadi :

Tidak memberikan pandangan secara tajam

Adab berbicara yang pertama yaitu sebagai golongan muda, kita dianjurkan untuk tidak memberikan pandangan yang tajam sebagai bentuk hormat kepada orang yang lebih tua. Sebagai gantinya kita dianjurkan untuk memberikan tatapan yang ramah nan lembut agar orang yang lebih tua dengan kita menjadi paham dan menghormati balik kita dengan cara yang sama dengan apa yang kita lakukan.

Aturan tersebut termaktub dalam hadist shohih Bukhari no 2731 dan 2732 dimana menyebutkan para sahabat kala itu selalu memandang dengan penuh hormat dan lembut kepada Nabi Muhammad SAW.

Tidak mendahului dalam berbicara

Adab berbicara selanjutnya adalah mendahulukan mereka yang lebih tua dari kita untuk berbicara seraya memberikan mimik wajah yang ramah terhadap mereka. Hal ini terjadi ketika kita berbicara tatap muka sehingga ketika kita mendahulukan mereka berbicara maka mereka akan senang dengan hal tersebut.

Hal ini dapat berubah ketika kita menanyakan sesuatu sehingga harus memperhatikan kembali respon seraya menunggu balasan dengan mimik wajah yang paling ramah dari diri kita.

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,

كُنَّا عِنْدَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَأُتِىَ بِجُمَّارٍ فَقَالَ « إِنَّ مِنَ الشَّجَرِ شَجَرَةً مَثَلُهَا كَمَثَلِ الْمُسْلِمِ » . فَأَرَدْتُ أَنْ أَقُولَ هِىَ النَّخْلَةُ ، فَإِذَا أَنَا أَصْغَرُ الْقَوْمِ فَسَكَتُّ ، قَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « هِىَ النَّخْلَةُ »

“Dulu kami berada di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian didatangkanlah bagian dalam pohon kurma.  Lalu beliau mengatakan,

“Sesungguhnya di antara pohon adalah pohon yang menjadi permisalan bagi seorang muslim.” Aku (Ibnu ‘Umar) sebenarnya ingin mengatakan bahwa itu adalah pohon kurma. Namun, karena masih  kecil, aku lantas diam. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Itu adalah pohon kurma.” (HR. Bukhari no. 72 dan Muslim no. 2811)

Berbicara dengan nada yang lembut

Sebagai seseorang yang lebih muda kita harus menerapkan bahasa yang mempunyai nada yang lembut sebagai upaya kita memenuhi adab berbicara kepada orang yang lebih tua. Gunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh mereka dan jangan lupakan intonasi yang baik tidak boleh sama ketika berbicara dengan sebaya kita. Apalagi kita menggunakan bahasa yang kasar maka sudah pasti lawan bicara kita yang lebih tua dari kita akan tersinggung dengan hal tersebut.

Dari Al Musawwir bin Makhramah radhiallahu’anhu tentang sahabat Rasulullah terhadap Rasul ketika berbicara,

وإذا تكَلَّمَ خَفَضُوا أصواتَهم عندَه ، وما يُحِدُّون إليه النظرَ؛ تعظيمًا له

“jika para sahabat berbicara dengan Rasulullah, mereka merendahkan suara mereka dan mereka tidak memandang tajam sebagai bentuk pengagungan terhadap Rasulullah” (HR. Al Bukhari 2731).

Tidak dalam posisi duduk ketika mereka sedang berdiri

Jika lawan bicara kita yang lebih tua dari kita sedang dalam posisi berdiri maka sebaiknya kita juga segera dalam posisi berdiri juga agar dapat memberikan kesan yang baik terhadap mereka sehingga kemudian komunikasi yang berjalan tidak menemukan hambatan. Hal tersebut diterapkan dalam Islam sebagai bentuk perlawanan kepada kaum kafir karena mereka justru tidak mengindahkan orang tua yang berada di depan mereka sambil duduk dan tidak segera berdiri.

Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu:

اشتكى رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فصلينا وراءَه وهو قاعدٌ, وأبو بكرٍ يُسْمِعُ الناسَ تكبيرَه, فالتفتَ إلينا فرآنا قيامًا فأشار إلينا فقعدنا, فصلينا بصلاتِه قعودًا. فلما سلَّمَ قال: إن كدتُم آنفًا لتفعلون فعلَ فارسَ والرومِ, يقومون على ملوكِهم وهم قعودٌ. فلا تفعلوا. ائتموا بأئمَّتِكم. إن صلى قائمًا فصلوا قيامًا وإن صلى قاعدًا فصلوا قعودًا

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengaduh (karena sakit), ketika itu kami shalat bermakmum di belakang beliau, sedangkan beliau dalam keadaan duduk, dan Abu Bakar memperdengarkan takbirnya kepada orang-orang. Lalu beliau menoleh kepada kami, maka beliau melihat kami shalat dalam keadaan berdiri. Lalu beliau memberi isyarat kepada kami untuk duduk, lalu kami shalat dengan mengikuti shalatnya dalam keadaan duduk.

Ketika beliau mengucapkan salam, maka beliau bersabda, ‘kalian baru saja hampir melakukan perbuatan kaum Persia dan Romawi, mereka berdiri di hadapan raja mereka, sedangkan mereka dalam keadaan duduk, maka janganlah kalian melakukannya. Berimamlah dengan imam kalian. Jika dia shalat dalam keadaan berdiri, maka shalatlah kalian dalam keadaan berdiri, dan jika dia shalat dalam keadaan duduk, maka kalian shalatlah dalam keadaan duduk” (HR. Muslim, no. 413).

Nah itulah beberapa adab yang sangat penting bagi kaum yang lebih muda agar dapat kemudian diterapkan dalam kehidupan sosial. Tidak hanya dalam kehidupan seorang muslim, aturan ini bersifat universal untuk segala agama dan golongan sosial. Terlebih ketika digunakan di lingkungan yang sangat kental dengan aturan hierarki kepangkatan seperti di militer, polisi, instansi pemerintahan, hingga tempat pekerjaan yang lain.

 

Baca juga :

Mengenal Allah dengan Al Qur’an

Hukum meratapi kematian dalam Islam

Fenomena meminta hujan dengan binatang

Ikuti kegiatan kami di @yasapeduli

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *