Physical Address

304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124

dzikir

4 Ragam Dzikir Yang Mudah Dilakukan

Ragam Dzikir

Pertama, membaca Al Qur’an. Dan ia sekaligus dzikir yang paling utama.

Kedua, tasbih, tahmid, tahlil, takbir dan istighfar.

  1. Tasbih. Tasbih yang dimaksud dalam ibadat adalah menyucikan Allah swt. Menurut bahasa asalnya, tasbih yang berasal dari kata as-sabhu adalah berlari kencang, yakni berlari kencang dalam beribadat kepada Allah Ta’ala. Kata tasbih –yang berasal dari kata sabahah– juga bermakna jauh dan tinggi. Artinya kata subhanallah bermakna ketinggian Allah dan kesucian maqam-Nya, Yang Maha Tinggi dan Maha Agung dari kekurangan.
  2. Tahmid. Berasal dari kata al-hamdu yaitu memuji keagungan, yang lebih spesifik daripada pujian dan lebih umum daripada syukur. Al-hamdu adalah suatu pujian karena keagungan Dzat yang dipuji. Kebanyakan kata tasbih terdapat dalam Al Qur’an dan Sunnah yang berhubungan dengan kata hamdu, sebab tasbih digunakan untuk menafikan kekurangan, sedangkan tahmid digunakan untuk mengukuhkan keagungan.
  3. Tahlil. Yakni bacaan Laa Ilaha Illa Allah. Kalimat tauhid tersebut adalah kalimat paling afdhal untuk diucapkan oleh seluruh makhluk. Sebagaimana disabdakan Nabi saw.:

    “Sebaik-baik yang aku ucapkan dan nabi-nabi sebelumku adalah bacaan, ‘Laa ilaha illa Allah wahdahu laa syarika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa ‘alaa kulli syai’in qadiir’” (HR. At Tirmidzi dan Imam Malik)

  4. Takbir. Yakni bacaan Allahu Akbar. Di dalamnya terdapat pengukuhan sifat kemahabesaran Allah Ta’ala secara mutlak. Dan di antara nama-nama Allah swt adalah Al Kabiir dan Al Mutakabbir. Apa saja yang bisa mengantarkan pada kecintaan Tuhan Yang Maha Agung dan Tinggi, pasti ia mampu mengantarkan hamba yang memiliki kecintaan tersebut di antara penghuni langit. Kecintaan malaikat kepada orang yang berdzikir menjadikan malaikat senantiasa berkeliling di atas cakrawala dan selalu mendoakan majelis-majelis mereka, serta menaungi mereka dengan sayap-sayapnya.

Ketiga. Membaca shalawat kepada Nabi saw. Hal ini adalah bentuk penghormatan Allah terhadap Nabi-Nya, sebagaimana dalam firman-Nya,

“Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu” (QS. Al Insyirah : 4).

Ketika seorang muslim memasukkan salawat Nabi saw ke dalam wirid-wirid dan dzikir mereka, seharusnya bisa merasakan makna yang begitu agung. Ibnu Katsir rahimahullah di dalam tafsirnya menegaskan,

“Yang dimaksud oleh ayat tersebut adalah bahwa Allah Ta’ala menginformasikan kepada hamba-Nya tentang kedudukan hamba dan nabi-Nya di sisi-Nya di kalangan penghuni langit, karena ia selalu dipuji oleh para malaikat Al Muqarrabiin dan malaikat-malaikat tersebut selalu mendoakannya.”

Bila ihwal Nabi kita di kalangan penghuni langit sedemikian itu, tentu Allah juga akan mencintai beliau di alam penghuni bumi. Sebagai penghormatan dan pemuliaan, keduanya diberikan kepada beliau sekaligus. Ibnu Katsir menegaskan,

“Perintah Allah swt kepada penduduk alam di bawah (bumi) agar berdoa dan memohon keselamatan untuk beliau, agar pujian kepada beliau semuanya terkumpul.”

Membaca shalawat untuk Nabi saw itu statusnya secara mutlak adalah mustahab. Dan seorang mukmin yang membacanya tentu akan diberi pahala yang berlipat ganda, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw:

“Barang siapa membaca untukku shalawat sekali saja, maka ia akan dipuji oleh Allah sebanyak sepuluh kali, lalu dibersihkan darinya sepuluh kesalahan, kemudian kedudukannya diangkat menjadi sepuluh derajat.” (HR. Muslim, Abu Daud, At Tirmidzi dan An Nasa’i)

Dengan demikian, membaca shalawat kepada Nabi saw merupakan ajaran Islam serta bentuk taqarrub kepada Allah. Karenanya, orang yang melalaikan shalawat dan dzikir kepada Allah akan menyesal ketika amalnya ditampakkan di hadapan Allah kelak pada hari kiamat. Sedangkan memperbanyak bacaan shalawat lebih disunnahkan pada hari dan malam jumat. Dari Uwais bin Uwais Al Qarni mengatakan,

“Rasulullah saw bersabda, ‘Sesungguhnya merupakan hari paling baik untuk kalian adalah hari jum’at, sebab pada hari itulah Allah menciptakan Adam, hari itu pula ia digenggam, pada hari itu pula terdapat tiupan ruh, hari itu pula terdapat kematian, maka perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari itu, sebab sesungguhnya shalawat kalian memang diperuntukkan kepadaku.

Mereka bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin shalawat kami diperuntukkan kepadamu, padahal jasadmu telah hancur?’ Beliau menjawab, ‘Allah telah mengharamkan bumi untuk memakan (menghancurkan) jasad para Nabi.’”

Keempat. Dzikir-dzikir rutin. Dzikir tersebut adalah wirid tertentu dalam berbagai kondisi, yang terklasifikasikan sepanjang hari dan malam. Orang yang bisa melakukannya adalah orang yang paling utama. As Syaikh Imam Abu Amr bin As Shalah rahimahullah ketika ditanya  tentang kadar dzikir yang menjadikan mereka orang-orang yang berdzikir kepada Allah baik laki-laki maupun perempuan, maka beliau menjawab,

“Apabila dia menekuni dzikir-dzikir yang ditetapkan oleh Nabi saw, pagi dan petang, serta dalam waktu-waktu dan kondisi-kondisiyang berbeda, malam dan siang, dimana semua itu telah dijelaskan dalam suatu kitab tentang ‘Amaliah Siang Hari dan Malam’, maka ia tergolong orang yang banyak berdzikir kepada Allah.”

 

Baca juga :

Marketing Qurani

Relawan dari hati

Menerapkan Al-Qur’an 30 Juz

Ikuti kegiatan kami di @yasapeduli

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *