Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Pertama, membaca Al Qur’an. Dan ia sekaligus dzikir yang paling utama.
Kedua, tasbih, tahmid, tahlil, takbir dan istighfar.
“Sebaik-baik yang aku ucapkan dan nabi-nabi sebelumku adalah bacaan, ‘Laa ilaha illa Allah wahdahu laa syarika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa ‘alaa kulli syai’in qadiir’” (HR. At Tirmidzi dan Imam Malik)
Ketiga. Membaca shalawat kepada Nabi saw. Hal ini adalah bentuk penghormatan Allah terhadap Nabi-Nya, sebagaimana dalam firman-Nya,
“Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu” (QS. Al Insyirah : 4).
Ketika seorang muslim memasukkan salawat Nabi saw ke dalam wirid-wirid dan dzikir mereka, seharusnya bisa merasakan makna yang begitu agung. Ibnu Katsir rahimahullah di dalam tafsirnya menegaskan,
“Yang dimaksud oleh ayat tersebut adalah bahwa Allah Ta’ala menginformasikan kepada hamba-Nya tentang kedudukan hamba dan nabi-Nya di sisi-Nya di kalangan penghuni langit, karena ia selalu dipuji oleh para malaikat Al Muqarrabiin dan malaikat-malaikat tersebut selalu mendoakannya.”
Bila ihwal Nabi kita di kalangan penghuni langit sedemikian itu, tentu Allah juga akan mencintai beliau di alam penghuni bumi. Sebagai penghormatan dan pemuliaan, keduanya diberikan kepada beliau sekaligus. Ibnu Katsir menegaskan,
“Perintah Allah swt kepada penduduk alam di bawah (bumi) agar berdoa dan memohon keselamatan untuk beliau, agar pujian kepada beliau semuanya terkumpul.”
Membaca shalawat untuk Nabi saw itu statusnya secara mutlak adalah mustahab. Dan seorang mukmin yang membacanya tentu akan diberi pahala yang berlipat ganda, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw:
“Barang siapa membaca untukku shalawat sekali saja, maka ia akan dipuji oleh Allah sebanyak sepuluh kali, lalu dibersihkan darinya sepuluh kesalahan, kemudian kedudukannya diangkat menjadi sepuluh derajat.” (HR. Muslim, Abu Daud, At Tirmidzi dan An Nasa’i)
Dengan demikian, membaca shalawat kepada Nabi saw merupakan ajaran Islam serta bentuk taqarrub kepada Allah. Karenanya, orang yang melalaikan shalawat dan dzikir kepada Allah akan menyesal ketika amalnya ditampakkan di hadapan Allah kelak pada hari kiamat. Sedangkan memperbanyak bacaan shalawat lebih disunnahkan pada hari dan malam jumat. Dari Uwais bin Uwais Al Qarni mengatakan,
“Rasulullah saw bersabda, ‘Sesungguhnya merupakan hari paling baik untuk kalian adalah hari jum’at, sebab pada hari itulah Allah menciptakan Adam, hari itu pula ia digenggam, pada hari itu pula terdapat tiupan ruh, hari itu pula terdapat kematian, maka perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari itu, sebab sesungguhnya shalawat kalian memang diperuntukkan kepadaku.’
Mereka bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin shalawat kami diperuntukkan kepadamu, padahal jasadmu telah hancur?’ Beliau menjawab, ‘Allah telah mengharamkan bumi untuk memakan (menghancurkan) jasad para Nabi.’”
Keempat. Dzikir-dzikir rutin. Dzikir tersebut adalah wirid tertentu dalam berbagai kondisi, yang terklasifikasikan sepanjang hari dan malam. Orang yang bisa melakukannya adalah orang yang paling utama. As Syaikh Imam Abu Amr bin As Shalah rahimahullah ketika ditanya tentang kadar dzikir yang menjadikan mereka orang-orang yang berdzikir kepada Allah baik laki-laki maupun perempuan, maka beliau menjawab,
“Apabila dia menekuni dzikir-dzikir yang ditetapkan oleh Nabi saw, pagi dan petang, serta dalam waktu-waktu dan kondisi-kondisiyang berbeda, malam dan siang, dimana semua itu telah dijelaskan dalam suatu kitab tentang ‘Amaliah Siang Hari dan Malam’, maka ia tergolong orang yang banyak berdzikir kepada Allah.”
Baca juga :
Ikuti kegiatan kami di @yasapeduli