Untuk Waktu Yang Baru
Kalau yang baru sudah datang lalu yang lama dikemanakan ya? Kalau yang kita bicarakan barang mungkin jawabannya bisa beragam. Ada yang bisa disumbangkan, dialihfungsikan bahkan mungkin juga dibuang. Disumbangkan karena mungkin banyak bagian yang masih layak dan baik untuk digunakan serta masih bermanfaat untuk orang lain.
Dialih fungsikan karena banyak bagian yang masih bisa berfungsi ditempat yang berbeda dari sebelumnya dan dibuang mungkin karena banyak bagian yang sudah tidak berfungsi baik, sehingga jika disimpan hanya akan menambah beban atau membuat kesulitan. Semua hal tersebut bisa dilakukan jika sudah dilakukan pemeriksaan ulang, pengecekan fungsi-fungsi serta mungkin juga penataan-penataan.
Lalu bagaimana kalau yang kita bicarakan adalah waktu? Bisa tidak ya waktu kita recycle seperti barang atau benda? Menyumbang waktu, membuang waktu atau mengalih fungsikan waktu? Kalau dalam konteks penggunaan mungkin bisa ya.
Buktinya banyak orang yang bisa membuang waktu, mengalihkan waktu, memanfaatkan waktu. Namun ada satu hal yang tidak bisa disamakan dengan barang atau benda yaitu menghentikan fungsi waktu.
Pada saat barang tidak digunakan maka barang bisa dihentikan fungsinya, dibiarkan hingga tindak lanjut berikutnya. Tetapi tidak demikian halnya dengan waktu. Pada saat diputuskan untuk tidak digunakan maka ia tidak serta merta berhenti dulu. Waktu akan terus berjalan dan meninggalkan tanpa mau tahu kita sedang ingin melakukan apa.
Semua aktivitas makhluk hidup dibatasi oleh waktu. Termasuk juga fase tumbuh kembang anak. Setiap fase tumbuh kembang ada ukuran waktu dan fase cut offnya. Fisik motorik, emosi, bahasa dan kognitif memiliki target masing-masing di setiap fase usia.
Tidak untuk dipercepat dan juga tidak untuk diperlambat atau bahkan dihentikan. Bayi yang baru lahir tidak bisa kita beri makan nasi supaya cepat besar. Anak yang baru berlatih berjalan tidak bisa diminta untuk segera berlari. Semua ada waktunya tetapi sayang banyak orangtua yang abai.
Miris rasanya membaca berita bayi yang dibunuh oleh ayah kandungnya sendiri karena sang ayah yang tidak tahan mendengar suara tangis anak ini. Dibekap bantal selesai tangisnya dan selesai juga hidup anaknya. Ayah yang tidak punya hati itu ingin mencoba menghentikan waktu.
Waktu dimana ada suara tangisan bayi yang ingin dihentikan agar ia dapat beristirahat dengan nyaman. Ia lupa bahwa bayi seusia itu belum dapat berbicara. Komunikasi penanda ia lapar, haus atau tidak nyaman hanya bisa lewat tangisan.
Di lain tempat sedih juga ketika ada berita yang menyebutkan bahwa banyak anak-anak di bawah usia yang kecanduan tontonan-tontonan yang tidak pantas dilihatnya. Anak-anak ini melompati waktu.
Mereka seolah lupa bahwa main berkejaran atau naik sepeda di lapangan jauh lebih asyik dan banyak cerita untuk fase usianya, tapi karena ada orangtua yang juga abai terhadap waktu akhirnya anak-anak ini tidak mendapat bekal yang cukup untuk menikmati fasenya.
Mereka mengisi sendiri waktunya tanpa arahan, minim bimbingan, dan nol pujian. Dilompatilah waktu karena mereka tidak mengerti sekarang sedang berada di fase waktu usia yang mana.
Kebanyakan dari mereka tidak berfikir bahwa waktu sangat berharga dan tidak dapat diputar kembali. Mereka menyianyiakan masa mudanya begitu saja tanpa ada sesuatu yang baik untuk kedepannya. Dan berakhirlah mereka kelak dengan sebuah penyesalan yang tiada artinya.
Sekarang tahun sudah berganti baru. Semua bilangannya bertambah namun kesempatan hidup tidak otomatis bertambah. Waktunya bergulir terus lalu bagaimana kualitas kita sebagai orangtua? Waktu adalah kesempatan yang tidak bisa datang dua kali. Cukuplah kita belajar dari kesalahan-kesalahan sebelumnya.
Segera berhenti untuk mencoba melompati waktu bahkan membuang-buang waktu sehingga anak-anak sering mendapat stimulus yang tidak sesuai dengan kebutuhan usianya. Tahun yang baru saatnya untuk menata kembali dan saya akan mencoba…Bismillah
Demi masa
sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian
kecuali orang2 yangberiman dan beramal sholeh
dan saling menasehati supaya mentaati dalam kebenaran
dan nasihat menasehati supaya menetapi kesabaran
Baca juga :
Berbagi senyuman bersama relawan
Ikuti kegiatan kami di @yasapeduli
1 thought on “Semua Memiliki Waktu 24 Jam, Tetapi Hasilnya Berbeda”