Physical Address

304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124

Tajarrud

TAJARRUD : Dedikasi dalam Organisasi

DEDIKADI DALAM ORGANISASI

Tajarrud berarti totalitas, yaitu tidak mencampuri sesuatu dengan yang lain. disebut mutajarrid  (orang yang melakukan tajarrud) ketika ia tekun, sepenuh hati, dan sepenuh jiwa untuk sesuatu.

Dalam Surat Al An’am ayat 153 Allah berfiman,

“dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.”

Ayat tersebut merupakan perintah bagi ummat Islam untuk memurnikan ittiba’nya kepada shirat (jalan) yang ditapaki oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, dan perintah untuk meninggalkan subul (jalan-jalan) lain. inilah tajarrud (totalitas). Yaitu totalitas dalam mutaba’ah (mengikuti) dengan hanya menjadikan jalan Nabi Muhammad sebagai jalan hidupnya dan mengesampingkan jalan-jalan yang lain.

Hubungan yang dibangun dalam organisasi masyarakat muslim bukanlah hubungan darah, bahasa, tempat tinggal, tanah kelahiran, suku, atau sejarah. Tapi, yang mengikat organisasi itu adalah hubungan akidah, kepemimpinan, dan sistem pergerakan. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Anfal: 72,

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. Dan terhadap orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

Tajarrud

tajarrud

Tajarrud itu berarti membersihkan dan melepaskan diri dari keterikatan dengan sesuatu yang akan membebaninya dan menghambatnya dalam menghukumi atau menyikapi sesuatu, diri sendiri, dan orang lain.

Dikatakan tajarrud ketika seseorang melepaskan diri dari belenggu-belenggu pemikiran, persepsi, keyakinan, nilai atau tokoh tertentu, dan selanjutnya ia memurnikan pemikiran, persepsi, keyakinan, dan panutannya yang sesuai dengan kehendak Allah Subhanahu wa ta’ala. Bahwa tajarrud itu merupakan garis batas antara cinta dan benci, adil dan dhalim, jujur dan dusta. Tajarrud berarti menghukumi orang lain secara proporsional (adil), tanpa dipengaruhi hubungan masa lalu antara dirinya dan orang lain yang pernah bermasalah dengannya.

Rasulullah telah memberi contoh, dimana Nabi tetap mengakui kebaikan Hatim al Tha’I, seorang musyrik yang turut memusuhi dakwah Nabi Muhammad, tanpa dipengaruhi oleh apa yang pernah Hatim lakukan kepada kaum muslimin. Tidak ada dendam di dalam diri Rasulullah terhadap Hatim, dan pengalaman masa lalu tidak menjadikan beliau menutup mata atas kebaikan-kebaikannya. Tajarrud itu berarti objektif dalam menilai dan menghukumi.

Kepada Abu Sofyan, Rasulullah juga menyampaikan pujiannya, meskipun saat menjadi tokoh Quraisy, Abu Sofyan termasuk yang gigih menentang dakwah Islam. Kemudian Sholahuddin Al Ayyubi juga memuji keberanian pasukan salibis meskipun mereka adalah lawan yang beliau usir dari tanah Palestina. Tajarrud berarti adil dalam menghukumi orang lain, tanpa dipengaruhi oleh pangalaman-pengalaman terdahulu,

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Maidah: 8).

Tajarrud itu upaya yang sulit karena mengharuskan diri untuk melepas segala yang melekat pada dirinya untuk kemudian hadir dengan pikiran, sikap, dan kepribadian yang baru. Kepribadian baru dalam menyelesaikan problematika dan menggapai tujuan bersama. Latar belakang pemikiran yang dimiliki hendaknya tidak menjadikan dirinya anti terhadap orang lain yang berbeda pemikiran. Diperlukan objektifitas dalam menyikapi perbedaan dan dalam menerima kebenaran.

Tajarrud dan Organisasi

Latar belakang organisasi hendaknya tidak menjadikan dirinya menolak orang lain dan mengutamakan kelompoknya untuk menduduki jabatan tertentu. Diperlukan objektifitas berdasar profesionalisme. Ibnu Taimiyah meriwayatkan pesan Umar bin Khatthab,

“Barang siapa mengangkat seseorang untuk jabatan tertentu karena kedekatan atau emosional (senang) pada seseorang, maka ia telah berkhianat kepada Allah, Rasul, dan kaum muslimin.”

Pengalaman masa lalu yang kelam yang pernah terjadi dengan orang lain hendaknya tidak menjadikan seseorang antipati pada orang tersebut sehingga menjadikannya tidak adil dalam bersikap.

Tajarrud bukan berarti tafarrugh, kosong dan meninggalkan semua aktivitas, kecuali satu saja yang menjadi perhatiannya. Dalam suatu organisasi ruang lingkup tajarrud tercakup dalam hal-hal tersebut:

Tajarrud fikri

yaitu ikatan pemikiran yang melekat dalam diri individu-individu yang berada dalam suatu organisasi. Ada komitmen untuk mengimaninya sebagai satu hal yang menyatukan individu-individu yang berada di dalamnya. Ada komitmen untuk mengembangkan serta mewariskannya kepada generasi penerus.

Tajarrud ruhi

atau totalitas menjaga kebersihan hati dari segala keinginan yang kotor dan ambisi yang menyimpang. Diperlukan keikhlasan dalam mengemban dan memperjuangkan visi dan misi.

Berupaya memfungsikan diri sebagai bagian yang bermanfaat bagi komunitasnya

Menerima dan melaksanakan tugas secara optimal, tidak menyepelekan.

Menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap organisasi

Masing-masing anggota merasakan bahwa dirinya adalah mas’ul (yang bertanggung jawab). Maka ketika ada kekurangan dalam diri yang lain, maka semangatnya adalah bagaimana menutupi kekurangan saudaranya itu hingga kesuksesan bersama serta cita-cita organisasi dapat diraih.

Wallahu a’lam bishshawwab

Baca juga :

Mandiri Sejak Dini

Mengetuk Pintu Langit

Anak Yatim Harus Bisa Sekolah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *