—————————————————————————————-
قال الله تعالى:
وَنُفِخَ فِيْ الصُّوْرِ فَإِذَا هُمْ مِنَ الأَجْدَاثِ إِلىٰ رَبِّهِمْ يُنْسَلُوْنَ ﴿ سورة يس:51﴾ وقال تعالى: ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تُبْعَثُوْنَ ﴿ سورة المؤمنون:16﴾
Artinya :
“Lalu ditiuplah sangkakala, maka seketika itu mereka keluar dari kuburnya (dalam keadaan hidup), menuju kepada Tuhannya.” (QS. Yasin: 51), “Kemudian, sungguh kamu akan dibangkitkan (dari kuburmu) pada hari kiamat.” (QS. Al Mukminun: 16).
—————————————————————————————-
Oleh:
Dr. Uril Bahruddin, Lc, MA
Pembantu Rektor IV UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Dewan Pembina LAZ YASA Malang
Diriwayatkan dalam hadis shahih oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud, bahwa telah datang kepada nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam seseorang Arab dari pedalaman, seraya bertanya kepada nabi tentang makna kata “As Shūr” yang tersebut dalam ayat di atas, maka nabi menjawab, “Adalah tanduk yang digunakan untuk terompet.”
Demikianlah, salah satu malaikat Allah Subhanahu wa ta’ala ada yang ditugaskan untuk meniup terompet atau sangkakala sebagai sebagai salah satu tanda datangnya hari kiamat kubrā (besar). Malaikat Israfil telah siap menjalankan tugasnya, kapan saja selalu siap menjalankan perintah dari Allah ta’ala. Israfil selalu siap siaga, dia akan menjalankan tugasnya begitu perintah datang, tanpa ada jeda sedikitpun. Dalam sebuah hadis diceritakan bahwa malaikat yang bertugas meniup sangkakala hari kiamat nanti sudah siap sejak Allah selesai menciptakannya.
Tiupan Sangkakala Israfil
Tiupan sangkakala Israfil terjadi dalam dua tahap. Tiupan pertama diikuti dengan hancurnya dunia seisinya, termasuk manusia, jin, dan malaikat serta seluruh jenis binatang akan binasa setelah tiupan pertama, kecuali Allah ta’ala. Kemudian Allah membangkitkan kembali malaikat Israfil dan memerintahkannya untuk meniupkan tiupan yang kedua kalinya dan diikuti oleh bangkitnya kembali makhluk hidup dari kuburnya dalam keadaan tidak memakai alas kaki dan tidak berpakaian. Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu’anha, dia berkata, saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Manusia nanti pada hari kiamat akan dibangkitkan dengan tidak memakai alas kaki dan tidak berpakaian.” (Muttafaq ‘alaih).
Karena terlalu dahsyatnya peristiwa hari kiamat dan kebangkitan manusia pada saat itu, hingga manusia tidak mempedulikan kondisi mereka yang tidak berpakaian. Semua manusia yang pernah hidup mendiami bumi di dunia akan dibangkitkan oleh Allah dalam keadaan yang sempurna sebagaimana awal mulanya diciptakan. Allah berfirman,
“Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah kami akan mengulanginya lagi.” (QS. Al Ambiya’: 104).
Semua Berharap Rahmat Allah
Semua manusia pada hari itu sangat membutuhkan pertolongan, penuh harap rahmat dari Allah Subhanahu wa ta’ala, semuanya ingin selamat dari dahsyatnya peristiwa hari kiamat. Tidak ada manusia yang dapat berbicara pada saat itu kecuali para nabi utusan Allah, mereka berbicara dan berdoa kepada Allah memohon keselamatan. Saat itu, orang tua lupa dengan anaknya, anak pun lupa dengan orang tuanya. Demikianlah gambaran dahsyatnya hari kiamat sebagaimana dalam firman Allah,
“Maka apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari itu manusia lari dari saudaranya, dan dari ibu dan bapaknya, dan dari istri dan anak-anaknya, setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya.” (QS. Abasa: 33-37).
Semua manusia pada hari itu benar-benar sibuk mengurusi dan ingin menyelamatkan dirinya sendiri, kondisi yang sangat panas karena matahari berada sangat dekat di atas kepala disertai dengan suasana penuh sesaknya manusia seakan bembuat nafas terasa tercekik. Keagungan Allah ta’ala benar-benar ditampakkan pada hari itu. Ya Allah, sungguh keadaan yang sangat menakutkan itu tidak ada pertolongan kecuali pertolongan dari Engkau. Dalam situasi yang demikian, Allah memanggil sekelompok manusia, mereka yang masuk dalam tujuh golongan yang akan mendapat naungan dan pertolongan dari Allah. Semoga kita termasuk dari tujuh golongan itu yang akan mendapat naungan dari-Nya.
Pembalasan itu Keniscayaan
Semua manusia akan mendapat balasan sesuai dengan amal perbuatannya ketika di dunia. Karena memang, kehidupan dunia ini bukanlah kehidupan yang akan berakhir di sini. Kehidupan dunia ini merupakan mata rantai yang akan bersambung dengan kehidupan akhirat. Segala sesuatu yang telah dipilih dan dilakukan oleh manusia di dunia ini akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Masing-masing manusia akan mendapat balasan sesuai dengan amalnya masing-masing. Allah berfirman,
“Dan (pada hari itu) engkau akan melihat setiap umat berlutut. Setiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan atas apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al Jāṡiyah: 28).
Itulah peristiwa yang pasti terjadi, semua manusia pasti akan mengalaminya. Seluruh anggota badan manusia akan bersaksi masing-masing di hadapan Allah, demikian juga malaikat dan buku catatan amal manusia akan menjadi saksi. Tidak mungkin akan terjadi kebohongan apalagi kecurangan. Pada hari itu juga tidak ada manusia yang dapat menyembunyikan perbuatannya sekecil apapun ketika di dunia. Apabila baik, maka akan tampak kebaikannya, dan sebaliknya jika tidak baik, maka pasti akan tampak keburukannya. Allah berfirman,
“Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tidak ada sesuatupun dari kamu yang tersembunyi (bagi Allah).” (QS. Al Hāqah: 18).
Bentuk reward dan punishment dari Allah
Seharusnya manusia meyakini bahwa Allah telah memberikan keistimewaan kepada mereka dengan beberapa fasilitas kenikmatan yang tidak terhitung jumlahnya di dunia ini. Mereka harus bertanggung jawab atas fasilitas dan nikmat tersebut dengan cara menjaga dan menggunakannya dengan baik.
Dunia yang sedang kita jalani ini adalah merupakan tempat ujian, sementara akhirat kelak adalah tempat pembalasan. Kenikmatan dan beberapa hambatan yang kita temui adalah merupakan pelajaran berharga yang harus kita manfaatkan dengan baik di dunia ini. Maka apabila manusia mampu memanfaatkan dunia ini dengan baik untuk kehidupan akhiratnya kelak, dengan tidak melupakan bagian dunia sebagaimana telah diperintahkan oleh Allah, maka manusia berhak untuk mendapatkan reward atau balasan yang baik dan besar. Apabila manusia sabar menghadapi ujian kesulitan di dunia ini, maka hal ini akan dicatat oleh Allah sebagai kebaikan baginya.
Kesulitan yang sering dihadapi manusia di dunia ini saat mengerjakan ujian adalah ketika ada benturan antara kenikmatan dunia sementara dan kenikmatan akhirat yang abadi. Lebih dari itu, jalan untuk mendapatkan kenikmatan yang sementara ini diliputi oleh syahwat yang menggeliurkan, sementara jalan untuk menuju kenikmatan yang abadi dipenuhi dengan hambatan dan penuh rintangan.
Manusia sebagi makhluk mukallaf adakalanya harus mengurbankan kenikmatan dunia sementara yang akan sirna ini demi meraih kenikmatan akhirat kelak yang abadi, ia harus mampu mengalahkan syahwatnya dan sabar terhadap kesusahan agar dapat sukses melalui ujian ini. Manusia harus mampu memilih antara kebenaran yang terasa pahit beserta para penyerunya yang jumlahnya sedikit, dengan kebatilan yang rasanya manis dan pengikutnya yang banyak jumlahnya. Ia harus tetap kokoh di hadapan tipu daya iblis dan pengikutnya dari kalangan jin dan manusia yang bekerja siang dan malam untuk menggoda manusia agar manusia merugi di akhirat kelak.
Usia yang telah ditetapkan oleh Allah untuk setiap manusia ibarat waktu yang ditentukan untuk mengerjakan soal ujian. Bedanya, kalau waktu ujian sekolah seorang murid dapat mengetahui berakhirnya, juga boleh selesai sebelum habis waktunya. Namun, ujian kehidupan dunia ini waktu yang ditentukan tidak dapat diketahui oleh manusia, dan tidak boleh berusaha untuk mengakhiri ujian hidup ini sekehendaknya sebelum waktunya selesai.
Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa ta’ala kesuksesan hidup baik di dunia ini hingga di akhirat kelak, dengan memasuki surga-Nya yang kekal abadi.
Wallahu a’lam.