Physical Address

304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124

khusus

Ibadah Khusus Malam Nishfu Sya’ban 

Ibadah Khusus Malam Nishfu Sya’ban 

khusus

إنَّ اللهَ تبارَك وتعالَى ينزلُ ليلةَ النصفِ من شعبانَ إلى سماءِ الدنيا فيغفرُ لأكثرَ من شَعْرِ غنمِ كَلْب

“Sesungguhnya ALLAH TURUN ke langit dunia pada MALAM NISHFU SYA’BAN. Lantas Dia MENGAMPUNI (HAMBA HAMBANYA YANG BERDOSA) LEBIH BANYAK DARI JUMLAH BULU DOMBA MILIK BANI KALB”
By: Berik said

Banyak pertanyaan kepada ana terkait apa yang saat ini ramai disebarkan di medsos, berisi anjuran untuk mengamalkan suatu ritual khusus untuk diamalkan pada MALAM NISHFU SYA’BAN, diantaranya:

*Ada yang menyerukan melakukan membaca surat Yasin sekian kali,
*ada yang menekankan untuk memperbanyak membaca kalimat thoyyibah pada malam tersebut,
*Ada yang menganjurkan menulis ayat ke 54 dari Surat shood pada malam nishfu Sya’ban, tulis di atas kertas, dan taruh di tempat menyiman uang, katanya oahalanya akan mengalur terus sepanjang tahun
*ada pula yang menganjurkan shalat malam khusus Nishfu Sya’ban.

Berikut jawaban ana :

PENJELASAN UMUM KEUTAMAAN BULAN SYA’BAN SECARA KESELURUHAN, TERMASUK DI DALAMNYA NISHFU SYA’BAN

Tidak diragukan lagi, secara umum keseluruhan bulan Sya’ban termasuk bulan yang utama, yang sampai-sampai ‘Aisyah radhiallahu ‘anha menceritakan:

وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ

“Dan aku tidak pernah melihat suatu bulan yang beliau banyak berpuasa padanya, kecuali pada (bulan) Sya’ban”.
[HSR. Bukhari 1969 Muslim 1156]

Hadits shahih ini secara jelas menunjukkan ada prioritas utama menjalankan ibadah di bulan sya’ban secara umum, termasuk memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban.

Demikian pula hadits berikut, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إنَّ اللهَ تبارَك وتعالَى ينزلُ ليلةَ النصفِ من شعبانَ إلى سماءِ الدنيا فيغفرُ لأكثرَ من شَعْرِ غنمِ كَلْب

“Sesungguhnya ALLAH TURUN ke langit dunia pada MALAM NISHFU SYA’BAN. Lantas Dia MENGAMPUNI (HAMBA HAMBANYA YANG BERDOSA) LEBIH BANYAK DARI JUMLAH BULU DOMBA MILIK BANI KALB”
[HR. Tirmidzi 739, Ibnu Majah 1389 dan lain-lain]

Sebenarnya hadits di atas masih dipersoalkan para Ulama tentang keshahihannya, namun Syaikh Al-Albani rahimahullah menshahihkan hadits tersebut karena banyaknya jalan periwayatannya, di mana ada 8 Shahabat yang meriwayatkan hadits itu, sehingga dinilai oleh beliau rahimahullah saling menguatkan dan dinilai shahih. (Lihat lebih lengkap penejelasan beliau dalam as Shahihah 1144)

APAKAH HADITS YANG MENUNJUKKAN KEUTAMAAN BULAN SYA’BAN DAN TURUNNYA ALLAH DI MALAM NISHFU SYA’BAN MENJADI DALIL ADANYA IBADAH KHUSUS MALAM NISHFU SYA’BAN ?

Hadits di atas tidak ada sedikitpun berisi melakukan ritual khusus pada malam tersebut, baik berupa menulis ayat tertentu, dzikir tertentu, membaca surat atau ayat Qur’an tertentu, maupun shalat khusus tertentu.

Karena hadits di atas HANYA BERMAKSUD MENYAMPAIKAN SECARA UMUM KEUTAMAAN BULAN SYA’BAN DAN MALAM NISHFU SYA’BAN, TANPA MENJELASKAN ATAU MENGANJURKAN ADANYA AMALIAH KHUSUS DI TANGGAL TERTENTU DI BULAN SYA’BAN MAUPUN MALAM NISHFU SYA’BAN.

Maka SEMUA PENGKHUSUSAN IBADAH TERTENTU DI TANGGAL ATAU MALAM TERTENTU BULAN SYA’BAN ADALAH BID’AH.

Ini sama saja seperti hadits shahih berikut:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إلى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يقولُ: مَن يَدْعُونِي، فأسْتَجِيبَ له مَن يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَن يَسْتَغْفِرُنِي فأغْفِرَ له

“ROBB KAMI Tabaaraka wa Ta’ala TURUN SETIAP MALAMNYA ke langit dunia SETIAP SEPERTIGA MALAM YANG AKHIR, seraya berfirman”: ’Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkan doanya. Dan barangsiapa yang meminta, maka aku akan memberinya. Dan barangsiapa yang meminta ampunan dari-Ku, maka Aku akan mengampuninya”.
[HSR. Bukhari 1094 dan Muslim 758]

Walau HADITS DI ATAS JELAS MENUNJUKKAN ADANYA KEUTAMAAN DI SETIAP SEPERTIGA MALAM YANG AKHIR, NAMUN INI BUKAN JADI DALIL BOLEHNYA MENETAPKAN RITUAL KHUSUS DI SETIAP SEPERTIGA MALAM YANG AKHIR DENGAN SESUATU IBADAH YANG TIDAK DITETAPKAN OLEH NABI shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak pula diamalkan para Shahabat radhiallahu ‘anhum.

Andai ada orang yang dengan hadits itu lalu menetap setiap sepertiga malam yang terakhir dianjurkan membaca Yasin, atau dzikir tertentu, maka ini semua jadilah bid’ah karena kebanyakan bid’ah bersumber dari mengkhususkan amalan tertentu dari dalil yang sebenarnya masih muthlaq.

Demikian adanya hadits yang disebutkan sebelumnya, yakni:

إنَّ اللهَ تبارَك وتعالَى ينزلُ ليلةَ النصفِ من شعبانَ إلى سماءِ الدنيا فيغفرُ لأكثرَ من شَعْرِ غنمِ كَلْبٍ

“Sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada malam Nishfu Sya’ban, lantas Dia mengampuni lebih dari jumlah bulu domba milik Bani Kalb”.

Maka, ini bukan berarti bolehnya menetapkan ritual ibadah khusus yang spesifik.

TANGGAPAN ATAS PERNYATAAN IMAM GHOZALI rohimahulloh
YANG MENYATAKAN DISUKAINYA MELAKUKAN SHOLAT SUNNAH KHUSUS NISHFU SYA’BAN

Memang diantara ulama terdahulu juga ada yang menyarankan untuk melakukan shalat malam Nishfu Sya’ban, diantaranya adalan Imam Ghazali rahimahullah.

Bahkan beliau rahimahullah sampai menjelaskan secara spesifik tentang jumlah raka’at dan cara pelaksanannya.
Beliau berkata:

وأما صلاة شعبان فليلة الخامس عشر منه يصلي مائة ركعة كل ركعتين بتسليمة يقرأ في كل ركعة بعد الفاتحة قل هو الله أحد إحدى عشرة مرة وإن شاء صلى عشر ركعات يقرأ في كل ركعة بعد الفاتحة مائة مرة قل هو الله أحد فهذا أيضاً مروي في جملة الصلوات كان السلف يصلون هذه الصلاة ويسمونها صلاة الخير ويجتمعون فيها وربما صلوها جماعة

“Adapun shalat sunnah Sya’ban ialah malam kelima belas dari bulan Sya’ban. Dilaksanakan sebanyak 100 raka’at, setiap dua rakaat satu salam, setiap rakaat setelah Al-Fatihah membaca Qulhuwallahu Ahad (Surat Al-Ikhlas) sebanyak 11 raka’at. Jika menghendaki, seseorang dapat shalat sebanyak 10 rakaat, setiap rakaat setelah Al-Fatihah Qulhuwallahu ahad 100 kali. Ini juga diriwayatkan dalam sejumlah shalat yang dilakukan orang-orang Salaf dan mereka sebut sebagai shalat Khoir. Mereka berkumpul untuk menunaikannya. Mungkin mereka menunaikannya secara berjama’ah”.
(Ihya ‘Ulumiddin I:203)

WhatsApp Image 2023 03 13 at 00.37.26 1
ADAKAH DALIL YANG DIJADIKAN ARGUMENTASI OLEH IMAM GHOZALI rohimahulloh UNTUK MENYUNNAHKAN SHOLAT NISHFU SYA’BAN TERSEBUT ?

Agaknya inilah dalil yang menjadi alasan beliau rahimahullah menyunnahkan shalat khusus malam Nishfu Sya’ban:

أنَّ مَنْ صلَّى هذه الصلاةَ في هذه الليلةِ نظرَ اللهُ إليهِ سبعينَ نظرةً وقضَى لهُ بكلِّ نظرةٍ سبعينَ حاجةً أدناها المغفرَةُ

“Sungguh orang yang menjalankan shalat ini pada malam ini (Nishfu Sya’ban), maka Allah akan memandangnya sebanyak tujuh puluh kali dan setiap pandangan Dia akan memenuhi tujuh puluh kebutuhan. Sekurang-kurangnya kebutuhan adalah ampunan”.
(Ihyaa’ Ulumud Diin I:203)

PENILAIAN ATAS HADITS TERSEBUT

Hadits di atas adalah hadits yang tak diragukan lagi KEBATHILANNYA !

Hal ini dinyatakan secara tegas oleh pentahqiq kitab tersebut, yakni Al-Hafizh Al-Iroqi rahimahullah, sebagaimana terdapat dalam Takhrihnya atas Ihyaa ‘Ulumud Diin I:273.

Bukan hanya Al-Hafizh Al-Iroqi rahimahullah saja yang menyatakan bathil dan palsunya riwayat tersebut, dan bahkan dengan tegas dikatakan bid’ahnya amalam tersebut.
Bahkan ini dikatakan oleh Ulama haditz dari Madzhab Syafi’i itu sendiri.

Ini buktinya, Imam Nawawi rahimahullah saat membahas beberapa bid’ah yang terkait dengan ini, maka diantaranya berkata:

الصَّلَاةُ الْمَعْرُوفَةُ بصلاة الرغائب وهي ثنتى عَشْرَةَ رَكْعَةً تُصَلَّى بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ لَيْلَةَ أَوَّلِ جُمُعَةٍ فِي رَجَبٍ وَصَلَاةُ لَيْلَةِ نِصْفِ شَعْبَانَ مِائَةُ رَكْعَةٍ وَهَاتَانِ الصَّلَاتَانِ بِدْعَتَانِ وَمُنْكَرَانِ قَبِيحَتَانِ وَلَا يُغْتَرُّ بِذَكَرِهِمَا فِي كِتَابِ قُوتِ الْقُلُوبِ وَإِحْيَاءِ عُلُومِ الدِّينِ وَلَا بِالْحَدِيثِ الْمَذْكُورِ فِيهِمَا فَإِنَّ كُلَّ ذَلِكَ بَاطِلٌ

“(Shalat yang dikenal dengan shalat Raghaaib yaitu shalat 12 raka’at dilakukan antara Maghrib dan Isya dimalam Jum’at pertama dibulan Rajab, dan juga shalat dimalam Nishfu Sya’ban sebanyak 100 raka’at (shalat Alfiyyah), maka kedua shalat ini adalah BID’AH YANG MUNKAR LAGI BURUK, DAN JANGAN PULA TERTIPU DENGAN DISEBUTKANNYA KEDUA SHOLAT TERSEBUT DALAM KITAB QUTUL QULUB dan IHYA ‘ULUMUDIIN, jangan pula tertipu kalau kedua shalat ini ada haditsnya karena SEMUA HADITS-HADITS TERSEBUT ADALAH BATHIL !
(al Majmu’ Syarah al Muhadzab, An-Nawawi 3/506, lihat juga Al-Baa’its, Ibnu Syaamah hal. 124-138)

Ibnu Dihyah rahimahullah bahkan dengan bahasa yang sangat tajam berkata tentang hadits terkait ibadah sunnah khusus malam Nishfu Sya’ban ini:

لم يصح في ليلة نصف من شعبان شيء ولا نطق بالصلاة فيها ذو صدق من الرواة وما أحدثه إلا متلاعب بالشريعة المحمدية راغب في زي المجوسية

“Tidak terdapat satupun riwayat yang shahih terkait malam Nishfu Sya’ban. Para perawi yang jujur tidak meriwayatkan adanya shalat khusus di malam ini. Sementara yang terjadi di masyarakat berasal dari mereka yang suka mempermainkan syariat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan masih menyukai kebiasaan orang Majusi”.

(Asnal Matholib lI:84)

Syaikh Bin Baaz rahimahullah juga memastikan, semua hadits terkait keutamaan shalat khusus malam Nishfu Sya’ban adalah palsu”.
(At-Tahdzir Minal Bida hal.11)

Adapun terkait beberapa Ulama yang memang berpendapat memilih disukainya amalan khusus pada malam Nishfu Sya’ban, seperti pendapat Imam Al Auza’i rahimahullah dan bahkan didukung oleh Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullah, maka Syaikh Bin Baaz rahimahullah dengan nada keheranan berkata:

وأما ما اختاره الأوزاعي -رحمه الله- من استحباب قيامها للأفراد ، واختيار الحافظ ابن رجب لهذا القول فهو غريب وضعيف،

“Adapun pendapat yang dipilih oleh Al-Auza’i -rahimahullah- tentang disunnahkannya shalat malam pada malam Nishfu Sya’ban, dan hal ini di dukung pula oleh Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah, maka hal ini amatlah aneh dan lemah,

لأن كل شيء لم يثبت بالأدلة الشرعية كونه مشروعاً لم يجز للمسلم أن يحدثه في دين الله، سواء فعله مفرداً أو في جماعة ، وسواء أسره أو أعلنه

karena segala sesuatu yang tidak ditetapkan oleh dalil syar’i untuk disyari’atkan, maka semestinya tidak diperkenankan bagi seorangpun untuk menetapkannya sebagai bagian dari agama. Tak oeduli apakah amalan tersebut dikerjakan secara individual atau berjamaah, baik dirahasiakan atau diumumkan kepada orang banyak (maka tetap saja itu bid’ah)

لعموم قوله صلى الله عليه وسلم: (من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو رد) . وغيره من الأدلة الدالة على إنكار البدع والتحذير منها

Hal ini sesuai dengan makna umum dari sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Barangsiapa yang mengerjakan satu amalan yang bukan berasal perintah kami, maka ia tertolak”. Dan yang lainnya dari dalil-dalil yang menunjukan pengingkaran bid’ah dan menyuruhnya agar berhati-hati darinya”.

(At-Tahdzir Minal Bida’ hal.13)

WhatsApp Image 2023 03 13 at 00.37.33

Satu Hati Sejuta Peduli

Baca Artikel Keislaman Lainnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *