Physical Address

304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124

Menyusun Impian Itu Dimulai Dari Hari Ini

Menyusun Impian Itu Dimulai Dari Hari Ini

Kenyataan Hari Ini Adalah Impian Hari Kemarin

Oleh: Eko Andi Suryo

impian

Ada beberapa catatan tentang menyusun impian

Impian itu beda dengan rencana

Kalau Rencana itu adalah sesuatu yang masih di dalam lingkaran kapasitas diri, misalnya,

“Perjalanan dari Malang ke Surabaya dengan modal 1 juta rupiah saat ini.”

Nah, kalau impian itu adalah sesutau yang di luar lingkaran kapasitas diri saat membuatnya, misalnya,

“Perjalanan umroh dengan modal 1 juta rupiah saat ini.”

Sehingga konsekuensi logis dalam mewujudkan impian adalah peningkatan kapasitas diri. Otomatis, tidak perlu diminta.

Impian itu haruslah sesuatu yang menggerakkan diri

Iya, sesuatu yang membuat kita bangun pagi dengan semangat saat memikirkannya. Impian ini adalah sesuatu yang sangat ingin dicapai. Masing-masing orang bisa memiliki kriteria yang berbeda, tinggal dirasakan saja pada saat memikirkannya dan mencapainya,

“Apakah Anda bersemangat?”

Impian itu dibuat dengan asumsi diri yang penuh sumber daya

Saat penuh sumber daya, optimisme akan muncul. Dengan modal optimisme ini akan terlahir impian yang menggerakkan. Ibarat kendaraan, orang yang penuh sumber daya itu adalah mobil yang BBM-nya penuh dan mesinnya handal, siap dipakai menempuh jarak yang jauh.

Impian itu dibuat dengan asumsi tanpa hambatan

Tanpa hambatan akan membuat kita merasa bebas kemana saja. Hal ini akan melahirkan pilihan-pilihan yang terbuka, bahkan kreatif. Impian yang belum pernah kita fikirkan sebelumnya akan muncul.

Setelah impian tercetus, tugas selanjutnya adalah menjalani proses demi proses untuk mewujudkan impian tersebut.

Ngobrol tentang impian itu sering dianggap sebagai ‘luxury talk’ alias hanya enak dibicarakan saja tapi jarang dilakukan. Bisa jadi benar asumsi umum tersebut. Apalagi kalau kita berkaca pada pengalaman diri yang setiap awal tahun membuat resolusi tapi berulang lagi di akhir tahun terlambat menyadari bahwa banyak resolusi tersebut yang belum terwujud.

Mengapa hal ini terjadi?

Meminjam metodologi dalam manajemen, sebuah program kerja yang sudah direncanakan (Plan) itu harus dilaksanakan (Do) dan dipantau progresnya (Check) untuk mengetahui sejauh mana akan mencapai tujuan dan bila diperlukan akan dilakukan kegiatan perbaikan atau peningkatan (Action).

Sejatinya impian personal yang tidak terwujud di akhir tahun itu adalah “planning” yang tidak dilakukan “doing”, sehingga saat dilakukan “checking” di akhir tahun sudah terlambat untuk melakukan “action”. Nah, terlihat sudah celah sempit dalam masalah ini sekarang….

Maka pertanyaan selanjutnya, apa solusi yang bisa menjadi jembatan dari proses “planning” ke “doing”? Menurut penulis buku HypnoWriting, Kang Darmawan Aji, menyampaikan urutan tahapan yang bisa dipakai untuk mendiagnosa problem tidak tercapainya sebuah impian/resolusi, yaitu:

  1. Apa yang perlu dilakukan supaya tujuan itu terwujud? Jawaban atas pertanyaan ini akan memberikan langkah-langkah dalam mencapai impian.
  2. ‎Apa yang perlu dirasakan agar Anda melakukan hal tersebut di atas? Jawaban atas pertanyaan ini akan menimbulkan kesiapan mental atau pola sikap yang diperlukan untuk melakukan tindakan.
  3. ‎Apa yang perlu dipikirkan agar Anda merasakan hal tersebut di atas? Jawaban atas pertanyaan ini akan memunculkan pikiran-pikiran yang akan menyemangati diri dalam melangkah menuju impian.

Jawaban dari urutan tiga pertanyaan di atas, selanjutnya dipakai untuk mendorong diri kita mewujudkan impian dengan penuh komitmen dan penuh kesadaran bahwa,

“Sebaik-baiknya impian adalah impian yang diwujudkan, tentang hasil itu adalah urusan Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Meminjam istilah dari Cikgu Okina Fitriani, penulis buku The Secret of Enlightening Parenting, yang perlu kita lakukan adalah “menyempurnakan ikhtiar”. Ikhtiar yang sempurna adalah ikhtiar yang selalu dalam petunjuk Allah Ta’ala, sebagaimana difirmankan dalam Al Quran surat Ali Imrom ayat 159,

“Faidza azamta fatawakal ‘alallah” yang artinya, “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah”.

Kita berharap sejak langkah pertama ikhtiar, Allah selalu menuntun ke jalan yang benar.

Terus, bagaimana sih mengawali mewujudkan impian?

Jawaban guru saya, Kang Teddi, penulis buku serial Nasehat Diri, atas jawaban ini adalah

“Dipaksa, mas!”

No excuse! Tidak pakai alasan lagi untuk mencapai impian yang kita idam-idamkan. Sikap mental seperti ini yang akan membuat kita menjadi pribadi yang pantang menyerah.

Kisah Penulis

Tanpa terasa sudah hampir 12 tahun saya menjadi dosen. Sebuah profesi yang saya meyakini akan menggabungkan minat, kemampuan dan kontribusi diri ini bagi keluarga dan masyarakat. Agak muluk-muluk sih, tapi begitulah sebuah impian.

Ada kisah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang disampaikan dalam sebuah hadist yang cukup panjang. Kisah yang terjadi saat pembuatan parit di tengah perang Khandak. Saat itu kaum muslimin mengalami kelelahan dan kegalauan karena pekerjaan pembuatan parit yang sangat berat, cuaca yang dingin, dan dalam kondisi musuh yang bisa menyerang sewaktu-waktu.

Pada suatu kesempatan, Rasulullah turun ke parit untuk memecah batu besar berwarna putih yang sangat keras, sebagaimana dilaporkan oleh para sahabat yang mengalami kesulitan menghancurkan batu tersebut.

Atas ijin Allah ‘Azza wa Jalla, batu besar itu berhasil dipecahkan oleh Rasulullah. Ditengah rasa syukur itu, Rasulullah menyampaikan sebuah impian yang menyemangati kaum muslimin,

“…..Ketika saya memukul itu, ditampakkan kepada saya kota-kota Kisra Persia dan sekitarnya serta sejumlah kota besarnya hingga saya melihatnya dengan kedua mata saya.

…….Kemudian saya memukul lagi kedua kalinya, dan ditampakkan kepada saya kota-kota Kaisar Romawi dan sekitarnya hingga saya melihatnya dengan kedua mata saya……”

Impian itulah yang berpuluh-puluh tahun kemudian menginspirasi seorang pemuda bernama Muhammad Al Fatih, yang akhirnya berhasil menaklukkan kota Konstantinopel. Masyaallah, pengaruh yang dibawa oleh impian itu ternyata panjang, menembus batas waktu.

Siap untuk menerima impian Anda yang terwujud?

Mari pantaskan diri!

Mari paksakan diri!

Wassalam 🙂

 

Baca juga :

Mengenal Allah dengan Al Qur’an

Hukum meratapi kematian dalam Islam

Fenomena meminta hujan dengan binatang

Ikuti kegiatan kami di @yasapeduli

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *