Physical Address

304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124

Mengenal Allah dengan Al qur'an

Mengenal Allah Dengan Al Qur’an Surah Al A’la

Oleh: Ust. Alfin Shalih

 

Al A’la dalam Al Qur’an

Allah Ta’ala wahyukan bacaan Al Qur’an berangsur-angsur dan menjamin Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan hafal Al Qur’an. Surah ini sangat familiar. Saat hari jum’at, surat ini biasanya dibaca pada rakaat pertama. Saat Idul Fitri dan Idul Adha, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kerap kali membaca ‘sabihisma rabbikal a’laa’. Dan orang-orang shalih yang sering mendirikan shalat malam biasanya membaca Al A’la dalam witirnya bersama surat Al Kafirun dan Al Ikhlas. Surah ini adalah surah yang akan me-refresh ingatan kita pada Allah Ta’ala, karena dari namanya saja sudah merujuk pada sifat-Nya yakni Yang Maha Tinggi.  

Ada kenangan terkait surah ini. Seorang sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan, orang yang pertama kali sampai di Kota Madinah, yang menjadi duta dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, adalah Mus’ab bin Umair radhiyallahu’anhu. Kemudian datanglah gelombang yang berikutnya, kemudian yang berikutnya hingga beberapa kali, kami baru mengetahui ada surah yang bunyinya ‘sabihisma rabbikal a’laa’. Sahabat ini menceritakan mengenai orang-orang muhajirin yang datang ke Madinah, sehingga surah ini adalah surah makiyyah yang bebicara tentang tema akidah. Semakin mengenal Allah.

 

سَبِّحِ اسۡمَ رَبِّكَ الۡاَعۡلَىۙ‏

Sucikanlah nama Tuhanmu yang Maha Tinggi

Allah menurunkan ayat tentang perintah untuk mensucikan dzat-Nya dengan sifat yang Maha Tinggi. Sehingga saat turun surah ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menempatkannya dalam bacaan sujud ‘subhaana rabbiyal a’laa wabihamdih’. 

Kemudian, siapakah Allah yang Maha Tinggi itu?

Allah Ta’ala menunjukkan kuasa dan keesaannya melalui beberapa pengingat untuk kita. 

 

الَّذِىۡ خَلَقَ فَسَوّٰى

yang menciptakan, lalu menyempurnakan penciptaan-Nya

Dialah yang satu-satunya yang memiliki otoritas untuk menciptakan dan menghantarkan ciptaannya ini kepada kesempurnaan. Saat lahir kita adalah makhluk yang sangat lemah, dalam keadaan tidak dapat mengurus diri sendiri. Kemudian dengan kasih sayangnya Allah Ta’ala menggiring manusia menuju penyempurnaan sehingga menjadi dewasa dan mandiri. Dan pada setiap penciptaannya Allah juga berlaku demikian.

 

وَالَّذِىۡ قَدَّرَ فَهَدٰى

yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk

Dia-lah yang menetapkan pada masing-masing ciptaannya ukuran-ukuran dan memberikan petunjuk. Apakah manusia itu bisa terbang? Ataukah manusia dapat berenang berjam-jam tanpa alat bantu? Jawabnya adalah tidak. Karena Allah Ta’ala ciptakan manusia dengan ukurannya, tumbuhan dengan ukurannya begitu pula ciptaan yang lain. Begitu pula saat kita menanam dengan berbagai bibit, meskipun diletakkan di tanah yang sama, maka yang tumbuh pada tanah itu akan sesuai dengan bibitnya masing-masing. Tidak ada semangka berdaun sirih, tidak ada pohon cabai berbuah semangka. Semua sesuai ukuran dan petunjuk Allah Ta’ala.

 

وَالَّذِىۡۤ اَخۡرَجَ الۡمَرۡعٰى

dan yang menumbuhkan rerumputan

Apa rumput yang paling besar? Tidak, bukan rumput gajah, tapi bambu, itulah rumput yang paling besar. Padi dan segala keluarga biji-bijian juga termasuk rumput. Maka rumput adalah nikmat yang luar biasa. Anda yang suka mengonsumsi susu, bersyukurlah ada rumput. Maka rumput adalah hajat hidup orang banyak. Dan manusia sebagai salah satu yang mengonsumsi padi – sebagai ciptaan dari jenis rerumputan, apakah tidak mau mengenang dan bersyukur atas nikmat ini?

 

فَجَعَلَهٗ غُثَآءً اَحۡوٰىؕ

lalu dijadikan-Nya (rumput-rumput) itu kering kehitam-hitaman

Allah Ta’ala pula yang menciptakan otoritas rumput ini tadi ada titi mangsanya. Dia menguning, kecoklatan, menghitam dan hancur. 

Maka ayat 1-5 ini menceritakan mengenai nikmat yang sifatnya umum sebagai sarana untuk mengenal Allah dan kehebatan-Nya yang menciptakan alam semesta ini. Dan ayat setelah ini, Allah Ta’ala menegaskan nikmat yang paling spesifik untuk umat Islam, yaitu pewahyuan Al Qur’an kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

 

سَنُقۡرِئُكَ فَلَا تَنۡسٰٓىۙ

Kami akan membacakan (Al Qur’an) kepadamu (Muhammad) sehingga engkau tidak akan lupa

Allah Ta’ala wahyukan bacaan Al Qur’an berangsur-angsur dan menjamin Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan hafal Al Qur’an. Sehingga dengan turunnya ayat secara berkala dapat menyesuaikan ayat apa yang tepat berdasarkan situasi yang terjadi. Begitu pula bagi manusia yang mempelajari Al Qur’an, maka ia wajib menempatkan ayat yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

Dan diakhir surah Al A’laa, Allah Ta’ala menegaskan kesatuan para nabi dari yang pertama hingga yang terakhir, bahwa mereka mengajarkan hal yang sama dengan yang dibawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yakni mensucikan diri dengan iman dan amal shalih, mendirikan shalat, berdzikir dan memprioritaskan hidup untuk negeri akhirat. Maka  beruntung orang yang menyucikan diri dengan iman dan taqwa. Yang senantiasa mengingat nama Tuhannya dan mau mendirikan shalat. Menyadari bahwa dunia ini sementara dan akhirat adalah kekal. Yang mengikuti Al Qur’an dan sunnah Nabi-Nya. Serta menyadari kebesaran Allah dalam setiap kejadian dan penciptaan makhluknya.

Wallahu a’lam.

Baca Artikel Islami Lainnya

Ikuti Kegiatan Sosial Terbaru Kami: @yasapeduli

91 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *