Physical Address

304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124

hati

Hati Yang Jernih

ANQIYA’ (Hati Nan Jernih)

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunannya dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang siapa orang yang terbaik,

يا رسول الله! أي الناس أفضل؟ قال صلى الله عليه وسلم: كل مخموم القلب صدوق اللسان، قالوا: صدوق اللسان نعرفه، فما مخموم القلب؟ قال صلى الله عليه وسلم: هو التقي النقي لا إثم فيه ولا بغي ولا غل ولا حسد )

قال البوصيري في الزوائد : إسناده صحيح ورجاله ثقات.

“Wahai Rasulullah! Siapa manusia yang terbaik?”, Maka beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Semua orang  yang makhmum qolbi dan shaduqul lisan (Lisan yang jujur).’ Para shahabat mengatakan, ‘Lisan yang jujur kita telah mengetahuinya, apa makhmumul qolbi itu?’ Beliau bersabda, ‘Dia adalah orang yang bertakwa, bersih (jernih hatinya), tidak ada dosa di dalamnya, tidak melampai batas, tidak ada sakit hati dan tidak ada dengki.’”

Bushoiri dalam Zawaid mengomentari sanadnya shahih dan para rowinya terpercaya. Disebutkan Albany dalam shahih Jami’ juga.

Alangkah indahnya memiliki hati yang jernih, bersih, dan tidak ada sakit hati dan dengki. Potret berikut ini menggambarkan bagaimana seorang muslim mentauladani sikap para ulama salafus sholeh.

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengatakan kepada para shahabat,

Apakah kamu tidak mampu seperti Abu Domdom?” Para sahabat bertanya, “Siapa Abu Domdom itu ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Seseorang setiap pagi senantiasa berdoa, ‘Ya Allah sungguh saya telah menghibahkan jiwa dan kehormatanku. Maka jangan mencela orang yang mencelanya, jangan mendolimi orang yang mendoliminya dan jangan memukul orang yang memukulnya.’”

Hadits mauquf sanadnya ini sangat menginspirasi kita, bagaimana beliau menghibahkan diri dan kehormatannya. Agar semua orang yang telah melakukan kejelakan kepadanya, telah dimaafkan.

Pada kesempatan lain, dalam hadits yang dikeluarkan oleh Al Bazzar, dimana suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengajak untuk bersedekah kepada para shahabat. Ulbah bin Zaid berdiri dan mengatakan,

“Saya tidak mempunyai apa-apa ya Rasulullah kecuali kehormatanku, maka saksikan wahai Rasulullah saya bersedekah dengan kehormatanku.” kemudian beliau duduk. Selang beberapa saat, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mencari Ulbah bin Zaid, “Dimanakah Ulbah bin Zaid?”, beliau mengulangi sampai tiga kali, “Apakah anda yang telah bersedekah dengan kehormatanmu? Allah telah menerima shodaqoh anda.”

Coba kita perhatikan, di kala seseorang tidak memiliki harta untuk disedekahkan, ternyata dengan kehormatan dan kezaliman yang menimpanya dapat disedekahkan. Bahkan Allah Ta’ala akan menerimanya. Hal itu menunjukkan kejernihan dan kebersihan dari hatinya.

Oleh karena itu Ibnul Qayyim Al Jauziyyah dalam Madarijus Salikin mengatakan,

“Kedermawanan itu ada sepuluh tingkatan, (kemudian menyebutkan yang ketujuh), dermawan dengan kehormatannya seperti Abu Domdom, dimana beliau mengatakan “Ya Allah saya tidak mempunyai harta yang dapat saya sedekahkan, maka saya bersedekah dengan kehormatanku. Siapa yang mengejek dan menuduhku, maka dia telah saya halalkan.” Ini adalah kelapangan dada, kejernihan hati tanpa ada permusuhan dengan orang lain.

Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menegaskan dalam hadits shahih dari Abu Darda’ beliau bersabda,

من رد عن عرض أخيه رد الله عن وجهه النار يوم القيامة

“Siapa yang membela kehormatan saudaranya, maka Allah akan jauhkan wajahnya dari api neraka pada hari kiamat.” (HR. Tirmidzi).

Contoh tauladan yang diceritakan Adz Dzahabi dalam ‘Siar A’lamu Nubala’, dimana antara Hasan bin Hasan dengan Ali bin Husain (Zainal Abidin) ada perseteruan. Ketika Zainal Abidin duduk di Masjid dengan orang-orang, tiba-tiba Hasan datang menghardik, mencela dan menghinanya. Zainal Abidin diam seribu bahasa tanpa berkomentar apa-apa.

Waktu malam hari, Zainal Abidin mendatangi rumah Hasan mengetuk pintu dan ketika dibuka pintu beliau hanya mengatakan kata-kata singkat ringkas dan padat menunjukkan akan kebersihan hatinya.

“Wahai saudaraku ! Kalau sekiranya apa yang anda katakan itu benar, semoga Allah mengampuniku. Akan tetapi kalau apa yang anda katakan itu bohong, semoga Allah memaafkan anda.” Ia pun langsung pamit tanpa menambah kata-katanya.

Keteladanan beliau, membuahkan hasil yang sangat luar biasa, Hasan terhenyak dan langsung menyusul sambil menangis meminta maaf akan perilakunya. Seraya memeluk Hasan, Zainal Abidi membisikkan, “Kalau begitu saya telah memaafkan anda dan semua tindakan anda sudah saya halalkan, tidak ada lagi dosa di antara kita.”

Alangkah indahnya kebersihan hati dan kejernihannya serta teladan yang mulia, dapat menyadarkan seseorang dari kekhilafan dan  kesalahan. Tanpa harus banyak kata cela yang terlontarkan, hati yang jernih akan kita dapatkan.

Banyak ayat di Al Quran yang mengajarkan kepada kita doa yang dapat menjernihkan hati kita dari penyakit hati, dan anjuran agar kita mudah untuk memaafkan orang lain. Surat yang terkait diantaranya adalah surat Al-Hasyr: 10, Al-Maidah : 13, Ali Imron : 134, As-Syu’aro : 88-89, An-Nur : 22 dan lain sebagainya.

Surat Al-Hasyr: 10

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan An¡ar), mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, Sungguh, Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.””

Surat Al-Maidah : 13

“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, maka Kami melaknat mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah firman (Allah) dari tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka. Engkau (Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan dari mereka kecuali sekelompok kecil di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”

Surat Ali Imron : 134

“(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan,”

Surat As-Syu’aro : 88-89

“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna. kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. 

Surat An-Nur : 22.

“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kerabat(nya), orang-orang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Semoga tulisan singkat ini dapat menginspirasi kita agar senantiasa mengintrospeksi diri dan hati kita, serta menjadikan kita orang yang hatinya bersih dan jernih tidak ada penyakit hati terhadap orang lain, aamiin allahumma aamiin.

 

Baca juga :

Mengenal Allah dengan Al Qur’an

Hukum meratapi kematian dalam Islam

Fenomena meminta hujan dengan binatang

Ikuti kegiatan kami di @yasapeduli

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *