Physical Address

304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124

palestina

Solidaritas Palestina: Lautan Merah Warnai Jalan Amsterdam

Solidaritas Palestina: Lautan Merah Warnai Jalan Amsterdam

Suara gemuruh solidaritas menggema di jantung Kota Amsterdam, Belanda. Pada Minggu, 5 Oktober 2025, lautan manusia berwarna merah memenuhi jalan-jalan utama. Sekitar 250.000 orang turun ke jalan dalam aksi bertajuk “Red Line March”, sebuah gerakan damai untuk membela Palestina dan menentang genosida yang terjadi di Gaza.

Warna merah yang mereka kenakan bukan sekadar simbol, tapi tanda batas moral. Sebuah pesan lantang kepada dunia bahwa penderitaan di Gaza telah melewati “garis merah” kemanusiaan.


Seruan dari Jantung Eropa

Aksi di Amsterdam ini bukan yang pertama, tapi menjadi salah satu demonstrasi pro-Palestina terbesar di Eropa dalam beberapa tahun terakhir. Ribuan bendera Palestina dikibarkan tinggi, suara “Free Gaza! Stop the Siege!” menggema dari setiap sudut kota.

Dari pelajar, aktivis hak asasi manusia, hingga keluarga muda yang membawa anak-anak mereka—semua hadir dengan satu tujuan : menekan pemerintah Belanda dan dunia internasional agar menghentikan kebisuan atas genosida di Gaza.

Mereka menuntut agar blokade terhadap Gaza segera diakhiri dan agar Belanda mengambil sikap politik yang tegas terhadap Israel. Banyak demonstran juga membawa poster bertuliskan “Silence is Complicity” (Diam berarti ikut bersalah), sebuah pesan sederhana namun menggugah hati.


Gaza Masih Berdarah

Sementara itu, di sisi lain dunia, Gaza terus berjuang untuk bertahan hidup. Listrik padam berhari-hari, rumah-rumah hancur, anak-anak kehilangan keluarga, dan kebutuhan pokok semakin sulit dijangkau.

Setiap serangan, setiap jeritan, setiap air mata—membekas dalam hati mereka yang menyaksikan dari jauh. Karena di balik peta, kemanusiaan tak mengenal batas negara.

Aksi “Red Line March” di Amsterdam seolah menjadi gema nurani dunia: bahwa yang sedang terjadi di Gaza bukan sekadar konflik politik, tapi tragedi kemanusiaan.


Solidaritas yang Tak Pernah Padam

Banyak tokoh masyarakat Belanda yang turut hadir menyampaikan orasi. Mereka menegaskan bahwa rakyat kecil tidak buta terhadap ketidakadilan global. Seorang aktivis HAM berteriak lantang,

“Kami tidak akan diam ketika anak-anak dibunuh dan dunia menutup mata.”

Di tengah suhu politik yang kompleks, keberanian 250.000 orang ini menjadi bukti bahwa nurani masih hidup. Mereka bukan hanya berdiri untuk Palestina, tapi juga untuk nilai-nilai kemanusiaan yang universal.


Harapan dari Langit Amsterdam

Menjelang senja, massa menyalakan ribuan lilin. Mereka berdiri dalam hening, mendoakan mereka yang gugur di Gaza. Tangis haru bercampur semangat perjuangan.

Malam itu, langit Amsterdam menjadi saksi—bahwa dari negeri yang jauh, masih ada hati yang peduli. Bahwa suara-suara kecil, jika disatukan, bisa mengguncang kebisuan dunia.


Palestina Belum Sendiri

Dari Amsterdam hingga Jakarta, dari London hingga Istanbul—nama Palestina terus digaungkan. Meski mereka hidup di bawah blokade, doa dan solidaritas dari jutaan hati di seluruh dunia terus mengalir.

Semoga aksi ini menjadi pengingat bahwa Palestina belum sendirian. Masih ada jutaan hati yang berdoa, masih ada jutaan tangan yang siap bergerak, dan masih ada nurani yang tak akan pernah padam.

Karena pada akhirnya, membela Palestina adalah membela kemanusiaan.

Link Donasi

✅ Yasa Peduli – Program Kebaikan Sosial

Artikel Lain

https://www.yasapeduli.org/artikel/

Follow Us!

https://www.instagram.com/yasapeduli/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *