Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Daftar isi
Menghadapi rasa lapar dan haus dalam keadaan sehari-hari adalah suatu hal yang berat, karena manusia secara alami memiliki kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, jika kita menjalani situasi tersebut dengan keyakinan bahwa ini adalah bagian dari perintah Allah SWT yang harus dipatuhi, maka pengalaman tersebut dapat menjadi sesuatu yang indah dan penuh nikmat.
Dalam menjalankan puasa dengan benar, yaitu dengan didasari oleh iman dan harapan akan pahala dari Allah SWT, kita dapat mengharapkan bahwa dosa-dosa yang telah kita lakukan di masa lalu akan diampuni.
Dari Abu Hurairah, ia berkata,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760).
Mengenai puasa yang didasari oleh iman, itu berarti puasa dilakukan karena meyakini bahwa itu adalah kewajiban. Sementara “ihtisab” berarti melakukan puasa dengan harapan akan mendapatkan pahala dari Allah. Menurut Al Khottobi, ini berkaitan dengan niat, yaitu puasa dilakukan dengan niat untuk mengharapkan balasan baik dari Allah. Jika seseorang memiliki niat seperti itu, maka ia tidak akan merasa berat dan tidak akan terasa lama ketika menjalani puasa.
Puasa yang benar dilakukan atas dasar iman dan ikhlas karena Allah, dengan mengharapkan pahala-Nya, menghormati syariat-Nya, bukan karena riya’, mencari pujian, atau hanya mengikuti kebiasaan orang di sekitarnya.
Seseorang yang melakukan puasa dengan dasar iman, mengharap pahala dan keridhaan Allah, akan merasa hatinya lebih tenang, lapang, dan bahagia. Dia akan bersyukur atas nikmat puasa Ramadhan yang diberikan kepadanya tahun ini. Dia tidak akan merasa berat atau sulit ketika menjalani puasa. Sebagai hasilnya, dia akan terlihat ceria dan berakhlak baik.
Hadits tersebut juga menunjukkan bahwa kita boleh mengharapkan pahala atau balasan dari Allah ketika melakukan suatu ibadah, asalkan dilakukan dengan ikhlas.
Keutamaan Ramadhan juga tergambar dalam hadits tersebut. Siapa pun yang berpuasa selama bulan itu, dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni, meskipun dosanya sebanyak buih di lautan.
Ibnu Baththol rahimahullah menjelaskan bahwa puasa yang didasari oleh iman adalah meyakini kewajiban puasa dan harapan akan ganjaran dari Allah ketika seseorang berpuasa dan melaksanakan qiyam Ramadhan. Sedangkan “ihtisaban” berarti menginginkan pahala dari Allah dengan melakukan puasa tersebut dan senantiasa mengharapkan keridhaan-Nya. Intinya, puasa yang dilakukan dengan iman dan ikhlas akan mendapatkan balasan berupa pengampunan dosa yang telah lalu.
Syaikh ‘Ali bin Yahya Al Haddady hafizhohullah memberikan beberapa faedah tentang hadits tersebut:
Keutamaan Ramadhan juga harus dihayati dengan sungguh-sungguh, karena di bulan ini, setiap amal baik akan dilipatgandakan pahalanya, dan dosa-dosa yang telah lalu dapat diampuni oleh Allah SWT. Dengan demikian, mari kita jalani puasa Ramadhan dengan penuh keikhlasan, berharap atas rahmat dan ampunan Allah SWT, serta berusaha menjauhi segala bentuk dosa dan perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran-Nya.
Satu Hati Satu Peduli
Berbagi dengan palestina melalui Yasa peduli Palestina
Artikel lainnya :
27 Oktober: Aksi Doa Bersama Untuk Palestina di Balai Kota Malang